Ibadah Natal di KPK siang ini. |
Hari ini hari raya Natal, yang dirayakan oleh segenap umat Kristiani sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Selama ini, terdapat satu penggunaan kata yang sering muncul di hari Natal di media-media yang cukup menggelitik saya. Apakah itu?
Jawabannya: MISA NATAL.
Selama ini media, baik cetak maupun elektronik, terbiasa menggunakan kata MISA sebagai ibadah yang hanya dilakukan saat Natal. Terlepas aliran gerejanya, kalau sudah hari Natal umat Kristiani pasti ke gereja untuk melaksanakan misa. Seperti berita yang saya baca di detik.com siang ini: Tahanan KPK mengikuti misa Natal di gedung KPK, Kuningan, Jakarta. (Baca: http://news.detik.com/read/2013/12/25/145031/2451408/10/misa-natal-di-kpk-mario-bernando-main-organ-dan-hambit-bintih-berdoa) Di dalam berita tersebut dikatakan bahwa misa dipimpin oleh Lidya Adelaide Muni.
Tunggu.. Misa kok dipimpin orang bernama Lidya, yang merupakan nama perempuan?
Terlepas dari Bu (atau Pak) Lidya adalah seorang perempuan atau bukan, yang pasti tidak akan pernah misa dipimpin oleh seorang perempuan. MISA adalah istilah yang umum digunakan di kalangan Gereja Katolik sebagai ibadah yang dilakukan setiap hari Minggu (dan dalam batas tertentu, setiap hari) yang dilakukan umat Katolik sebagai lambang Perjamuan Kudus, dan di dalam Misa harus dipimpin oleh seorang pastor yang telah ditahbiskan (diangkat) sebagai pastor, agar dapat memimpin misa tersebut secara sah. Berdasarkan tradisi Gereja Katolik, seorang pastor haruslah berjenis kelamin laki-laki. Tak mungkin seorang perempuan memimpin ibadah misa. Maka, tak mungkin misa natal yang dilakukan di gedung KPK itu adalah misa Kristen Katolik.
Lalu, bagaimana dengan penyebutan istilah ibadah umat kristiani lainnya?
Kalangan Gereja Protestan secara umum menyebut ibadah mereka setiap hari Minggu (dan juga pada hari-hari besar lainnya) dengan istilah KEBAKTIAN. Sedangkan gereja aliran Pentakosta dan Karismatik lazim menyebut ibadah mereka IBADAH RAYA.
Kok berbeda-beda istilahnya, kan pada intinya sama-sama Kristen?
Bedanya ada di tata cara ibadah atau liturgi. Liturgi setiap aliran mainstream gereja berbeda, seperti Misa Katolik berbeda dengan Kebaktian Protestan, dan berbeda juga dengan Ibadah Raya Pentakosta/Karismatik. Misalnya, di gereja Katolik misa hanya boleh diiringi alat musik organ pipa, kalau di gereja Pentakosta alat musik boleh menggunakan full band. Demikian juga dengan pemimpin ibadah berbeda fungsinya.
Lalu untuk apa kamu membuat tulisan ini?
Menurut saya, umat Muslim sebagai mayoritas di Republik ini masih belum banyak mengetahui tentang saudara-saudarinya yang minoritas, termasuk apa yang mereka lakukan setiap minggu. Kalau umat kristiani sudah terbiasa dengan istilah haji, zakat, sholat, subuh, maghrib, dzuhur, dll.. Sepertinya masih banyak umat muslim yang belum mengetahui arti istilah liturgi, pastor, pendeta, misa.. Sehingga menimbulkan kecurigaan maraknya kristenisasi dan sebagainya. Jika umat kristiani tahu apa yang dilakukan orang Islam di masjid, tentunya orang Islam harus mengetahui pula apa yang dilakukan orang Kristen di dalam gereja. Tampaknya seperti ikut campur urusan internal, dan banyak muslim yang takut aqidahnya tercemar dengan banyak mengetahui hal tentang agama lain (dan bisa-bisa dicap kafir oleh sesama muslim), namun sesungguhnya banyak kyai haji yang kristolog (mempelajari ajaran Kristen).
Tujuannya, agar kita bisa saling mengenal dan menghormati, dan seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang.
Depok, 25 Desember 2013
Willy Mandagi