Struktur Wacana
diambil dari buku karya Sara Mills: Discourse
Disunting oleh:
Lidya Natalie, Ribka Gloria, Ruherlita, Shilmi Budiarti, Winda Seprita, Wishnu Wardhana
Pengantar
Salah satu
pernyataan penting dari Foucault dalam The
Archeology of Knowledge (1972) adalah bahwa wacana bukan hanya sekedar
pengelompokan ucapan, melainkan wacana juga merupakan pernyataan yang diatur
dengan aturan-aturan internal tertentu yang sangat spesifik bagi wacana
tersebut. Wacana juga terdiri dari pelbagai wacana lainnya yang teratur. Kaidah
dan struktur wacana tidak berasal dari faktor sosial-ekonomi maupun budaya,
namun faktor sosial-ekonomi dan budaya yang merupakan satu bentuk dari wacana
itu sendiri dan dibentuk oleh mekanisme wacana yang bersifat internal.
Studi wacana ini
bukan hanya analisis tentang ucapan dan pernyataan saja, namun juga
memperhatikan bagaimana struktur dan kaidah wacana tersebut. Foucault
mengistilahkan analisis struktur wacana ini dengan ‘arkeologi’. Foucault
mencoba menekankan bahwa melakukan analisis struktur wacana ini bukanlah untuk
menyingkapkan kebenaran atau asal-usul suatu pernyataan, melainkan untuk
menemukan mekanisme pendukung yang bersifat intrinsik dan juga ekstradiskursif
dalam wacana.
Sebagian besar dalam The Archeology of Knowledge terfokus
pada hubungan antara teks dan wacana dengan kenyataan dan pengonstruksian
kenyataan oleh struktur wacana tersebut. John Frow berkomentar bahwa wacana
adalah kenyataan yang dibangun secara sosial yang mengkonstruksi mana yang
nyata dan mana yang simbol serta perbedaan antar keduanya. Banyak perdebatan
mengenai apakah Foucault mengingkari eksistensi yang nyata, maksudnya ketika ia
menekankan kekuatan formatif wacana, sedangkan para sejarawan menentang
Foucault karena menganggap Foucault mengingkari peristiwa historis.
Foucault menyatakan
bahwa objek dan ide itu diciptakan oleh manusia dan hal inilah yang membentuk
realitas bagi kita. Foucault menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk memahami
realitas adalah melalui diskursus dan sistem diskursif.
Menurut Foucault
struktur wacana memiliki sifat intrinsik pada wacana, terutama epistem,
pernyataan (statement), wacana dan
arsip.
Menurut Foucault, realitas disini dipahami sebagai
seperangkat konstruksi yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri,
tidak bisa didefinisikan jika kita tidak mempunyai akses dengan pembentukan
struktur diskursif tersebut.. Kita mempersepsi dan bagaimana kita menafsirkan objek
dan peristiwa dalam system makna tergantung pada struktur diskursif. Struktur
diskurs ini menurut Foucault, membuat objek atau peristiwa terlihat nyata oleh
kita. Struktur wacana realitas itu,tidaklah dilihat sebagai sistem yang abstrak
dan tertutup.
Foucault berpendapat bahwa materi dan ide diciptakan oleh
manusia dan lembaga yang menciptakan realitas kepada kita, yang telah dikritik
karena kelihatan seolah-olah berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang sifatnya
non-diskursif atau sesuatu di luar wacana. Foucault tidak mengingkari bahwa ada
realitas sebelum manusia ada, tidak juga mengingkari adanya bentuk peristiwa
dan pengalaman, seperti beberapa kritik yang ditujukan kepadanya; hal ini
menganggap bahwa satu-satunya cara untuk memahami realitas adalah melalui
wacana dan struktur diskursif. Pandangan kita tentang suatu objek dibentuk
dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur wacana tersebut: yang
berarti, wacana diklasifikasikan menurut batasan bidang ilmunya. Sara Mills memberi
contoh: Pada masa lalu, bakteri diklasifikasikan sebagai hewan, namun pada masa
sekarang merupakan kategori tumbuhan. Tidak ada yang berubah dari hakikat
bakteri, perbedaannya justru karena struktur wacana yang dibuat yang
mengarahkan dan membatasi kita melihat bakteri itu sebagai tumbuhan, bukan
hewan, dan mempelajari serta menempelkan sifat-sifat bakteri sebagai tumbuhan.
Epistem
Suatu epistem
terdiri dari sejumlah diskursus yang tercipta berkat interaksi berbagai
diskursus. Oleh sebab itu, suatu epistem
mencakup berbagai metedologi yang sudah dianggap terbukti oleh sebuah
budaya. Foucault menunjukan bahwa dalam periode tertentu, ada kecenderungan
untuk menyusun cara berpikir dengan cara-cara tertentu. Akibatnya, sebagai
contoh dalam seperangkat epistem yang ada pada era ratu Victoria, pemikiran
ilmiah dicirikan dengan kecenderungan untuk menghasilkan tabel yang rinci;
dalam suatu sistem klasifikasi yang didefinisikan dengan sangat kaku. Berikut
ini tabel yang diambil dari buku Brown The Races of Mankind (1873-9):
“Di zaman ratu
Victoria, cara berpikir tentang dunia seperti ini kelihatannya merupakan cara
yang ‘alami’ untuk menggambarkan perbedaan ras. Di sini manusia dikelompokan
menurut cara klasifikasi anjing atau kuda, yakni berdasarkan asal keturunan dan
“kesucian” garis keturunan. Sebagaimana ditunjukan oleh Young, sistem
klasifikai untuk pencangkokan tumbuhan dan perkawinan silang pada binatang
kemudian dipakai untuk menjelaskan
penduduk asli” (Young, 1995). Di sini, kita juga dijauhkan dari upaya untuk
memetakan secara rinci unsur pembentuk bidang pengetahuan, karena pola berpikir
seperti ini sekarang telah diganti dengan cara pengelompokan pengetahuan dan
informasi yang lain.
Foucault menyatakan
adanya keterputusan epistemik (epistemic
breaks), yakni pada saat tertentu dalam sebuah budaya, terjadi keterputusan
perkembangan struktur diskursus, sehingga pada zaman ratu Victoria, gambaran
tentang realitas yang berbentuk tabel sepenuhnya kelihatan alami. Sebaliknya,
pada abad duapuluh, metode penggambaran ini kelihatannya mulai tidak lazim.
Contoh lain yang diberikan Foucoult adalah tentang signifikasi sebuah peristiwa
dalam kaitannya dengan tatanan ilahiah. Pada masa–masa awal Eropa Modern,
setiap peristiwa ditafsirkan menurut sistem pemikiran yang menghubungkan alam
dunia dengan tatanan agama atau supernatural. Oleh sebab itu, apa yang sekarang
digolongkan sebagai fenomena alam, seperti badai yang dahsyat, dari segi
signifikasinya peristiwa ini akan digolongkan ke dalam sistem simbol yang lebih
luas, mungkin sebagai tanda atau isyarat dari kemurkaan Tuhan. Sementara di
Eropa akhir abad dua puluh, badai tidak lagi memiliki signifikasi supranatural.
Unsur pembentuk pengetahuan ini telah berubah. Kalau biasanya kita mengangagap
perubahan ini sebagai dampak kemajuan pemikiran, maka Foucault menyatakan bahwa
sistem pengetahuan kita sendirilah yang membentuk epistem mutakhir, yang akan
terlihat sebagai sebagai suatu yang asing bagi generasi masa depan.
Sejarah intelektual
seharusnya dilihat sebagai serangkaian gerakan tiba-tiba dari suatu sistem
klasifikasi dan representasi kepada sistem klasifikasi yang lain. Foucault
memiliki pemikiran tentang sejarah yang berbeda dengan pemikiran kaum
konservatif dan Marxis. Menurut kedua kaum ini, gagasan perkembangan (improvement) dan kemajuan (progress) memiliki arti yang sentral.
Bagi kelompok konservatif, pengetahuan ilmiah tak bisa dihindari dan akan
menimbulkan kemajuan kehidupan umat manusia. Sementara bagi kelompok Marxis,
perubahan revolusioner akan menimbulkan kemajuan pada kondisi kelas pekerja.
Pernyataan
Epistem dibangun
dari sederetan pernyataan yang dikelompokkan menjadi beberapa wacana atau
kerangka wacana yang berbeda. Pernyataan adalah dasar utama dari sebuah wacana.
Suatu kalimat dapat berfungsi sebagai beberapa pernyataan yang berbeda,
bergantung pada konteks wacana yang ada. Menurut Foucault, “Keajegan sebuah
pernyataan, pemeliharaan identitas melalui ucapan, duplikasi melalui identitas
bentuk, semua ini ada karena fungsi pengunaannya di mana ia berada.”
Menurut Dreyfusdan
Rabinow, beberapa ucapan yang berbeda sebenarnya dapat membentuk suatu
pernyataan tunggal. Pernyataan kelihatannya sangat mirip dengan speech act yang
dicetuskan oleh Searle dan Austin. Menurut Foucault sendiri, pernyataan adalah
ucapan-ucapan yang memiliki kekuatan institusional dan mendapatkan pengesahan
dari suatu otoritas. Ucapan-ucapan inilah yang termasuk dalam kelompok ‘yang
nyata’. Ucapan dan teks yang menciptakan sebuah klaim kebenaran serta
disepakati sebagai pengetahuan, dapat digolongkan sebagai pernyataan.
Wacana
Foucault membedakan
antara wacana secara keseluruhan dengan wacana-wacana atau sekelompok
pernyataan. Sebuah wacana adalah seperangkat pernyataan yang memiliki kekuatan
institusional dan mempengaruhi cara bertindak dan berpikir individu, batasan
sebuah wacana tidaklah jelas. Sementara itu, wacana juga dapat dilihat sebagai
berbagai kelompok pernyataan yang memiliki keuatan serupa.
Pernyataan-pernyataan ini dikelompokkan karena adanya suatu tekanan
institusional, keserupaan konteks, atau karena mereka bertindak dengan cara
yang sama.
Arsip
Menurut Foucault,
arsip adalah seperangkat kaidah yang ada pada suatu periode dan pada suatu
masyarakat tertentu untuk mendefinisikan: 1) batas dan bentuk apa yang boleh
diungkapkan (expressibility); 2)
batas dan bentuk konservasi (conservation);
3) batas dan bentuk memori; dan 4) batas serta bentuk penggiatan kembali (reactivation). Arsip harus dilihat
sebagai seperangkat mekanisme wacana yang membatasi apa yang dapat dikatakan,
apa bentuknya, serta apa yang pantas diketahui dan diingat.
Pengecualian
dalam Wacana
Dalam artikel yang
berjudul The Order of Discourse
(1981), Foucault membahas bagaimana caranya sebuah diskursus diatur oleh
institusi untuk menghindari berbagai bahaya yang bisa ditimbulkannya. Ia
menggambarkan proses pengecualian yang berlaku dalam diskursus untuk membatasi
apa yang dapat dikatakan dan apa yang dapat dianggap sebagai pengetahuan.
Terdapat tiga pengecualian dalam diskursus, yang pertama Foucault sebut dengan
‘larangan’ atau tabu. Maksudnya, ada beberapa hal tertentu yang sulit
dibicarakan oleh masyarakat Barat seperti pembicaraan kematian dan seks. Dalam
budaya Inggris, banyak orang mengatakan bahwa mereka merasa dijauhi atau
dihindari bahkan oleh teman dekatnya sendiri disaat pasangannya meninggal. Hal
ini terjadi karena sulitnya memahami kematian dan kurangnya tatanan kata dalam
bahasa Inggris untuk menyampaikan belasungkawa tanpa terdengar tidak cocok,
tidak tulus ataupun terlalu resmi. Adapun dengan pembicaraan seputar seks juga
merupakan sebuah hal yang tabu. Di Inggris pada masa ratu Victoria, orang
sangat sulit membicarakan seks secara terbuka. Masalah yang berkaitan dengan
seks akan dihindari dengan cara apapun dalam masyarakat yang ‘sopan’ dan
masyarakat campuran.
Pengecualian kedua dalam diskursus terhadap apa yang
boleh dikatakan, terpusat di sekitar diskursus orang-orang yang dianggap gila
dan tidak rasional. Foucault menyatakan bahwa dalam periode sejarah yang
berbeda, ucapan orang gila bisa dianggap berada pada tingkatan pengetahuan
Tuhan atau sama sekali tidak berarti. Di Inggris pada abad 20 misalnya, bahasa orang
yang menderita skizofrenia tidak dipercaya, sehingga ketika ada orang yang
dianggap “gila” berbicara maka ia akan dikesampingkan. Jika mereka menuntut
perlakuan tertentu yang tidak didukung
oleh penguasa, mereka pada umumnya akan diabaikan. Ada anggapan bahwa keinginan
dan pandangan orang-orang yang “rasional”, seperti dokter memiliki bobot yang
lebih tinggi. Pengecualian ketiga—yang mengklasifikasikan apa yang disebut pernyataan
dan karena itu ia merupakan kerangka wacana—adalah pembagian antara pengetahuan
yang dianggap benar dengan pengetahuan yang dianggap salah. Foucault
mengklasifikasikan sejarah pembagian seperti ini dan menyatakan bahwa bagi orang
Yunani pada abad 6 isi sebuah pernyataan tidaklah terjamin kebenarannya.
Persebaran
Wacana
Selain prosedur pengecualian tadi, Foucault menegaskan bahwa konstruksi
wacana juga memiliki mekanisme internal dan eksternal, yang menjamin keberadaan
wacana tersebut. Terdapat beberapa mekanisme persebaran wacana ini, diantaranya
adalah tafsir dan gagasan disiplin akademis; tafsir terhadap sebuah wacana
menjadikan wacana tersebut tetap sesuai dengan kondisi nyata meskipun wacana
itu sendiri dimunculkan beribu-ribu tahun yang lalu. Contohnya adalah Alkitab,
yang meskipun kitab terakhirnya ditulis lebih dari 1.900 tahun yang lalu, namun
pesannya tetap relevan di masa modern ini, karena adanya tafsir-tafsir yang
menjelaskan isi Alkitab itu dengan latar belakang masa modern. Salah satu
contoh tafsir Alkitab adalah Kitab Hukum Kanonik (KHK) milik Gereja Katolik,
yang berisi berbagai perintah, larangan dan tradisi yang semuanya berdasar dari
satu wacana yaitu Alkitab. Dengan demikian, keberadaan KHK tersebut menjaga
pesan Alkitab agar tetap relevan di masa modern ini. Selain itu, terdapat juga
mekanisme wacana lain, yaitu disiplin akademis. Disiplin akademis ini adalah
pengelompokan wacana-wacana dalam skala besar yang menentukan apa yang dapat
dianggap sebagai fakta atau benar didalam bidang-bidang tertentu. Jadi,
masing-masing bidang ilmu akan menentukan metode, bentuk proposisi dan argumen,
dan dimanakah letaknya bidang wacana tersebut. Serangkaian struktur ini akan
membantu memunculkan proposisi baru, tetapi hanya terbatas didalam batas-batas
tertentu. Foucault berpendapat bahwa struktur disiplin akademis tadi
mengecualikan banyak proposisi. Bahkan jika penelitian seseorang sebenarnya
akurat secara faktual atau berpandangan jauh ke depan, namun jika penelitian tersebut
tidak sesuai dengan bentuk dan isi bidang ilmu tertentu, penelitian tersebut
hampir pasti ditolak, atau dianggap sebagai bukan penelitian akademis, dan
lebih sebagai penelitian populer. Contoh yang baik akan hal ini adalah
penelitian Galileo Galilei pada abad ke-15. Galileo pada masa itu menyatakan
bahwa bumi sesungguhnya berputar mengelilingi matahari (yang terbukti benar
secara faktual berabad-abad kemudian), namun pandangan faktual itu berbenturan
dengan disiplin ilmu astronomi abad ke-15 yang diusung oleh Gereja, yang
berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi. Oleh karena penelitiannya,
Galileo dijadikan tahanan rumah sampai akhir hayatnya. Kejadian ini
membuktikan, bahwa meskipun penelitian/wacana yang dikemukakan seseorang benar
secara faktual, namun apabila tidak sesuai dengan disiplin bidang ilmu yang
mencakup wacana tersebut, maka wacana tersebut pun akan tertolak.