Saturday, March 08, 2014

Struktur Wacana

Struktur Wacana
diambil dari buku karya Sara Mills: Discourse
Disunting oleh:
Lidya Natalie, Ribka Gloria, Ruherlita, Shilmi Budiarti, Winda Seprita, Wishnu Wardhana

Pengantar
Salah satu pernyataan penting dari Foucault dalam The Archeology of Knowledge (1972) adalah bahwa wacana bukan hanya sekedar pengelompokan ucapan, melainkan wacana juga merupakan pernyataan yang diatur dengan aturan-aturan internal tertentu yang sangat spesifik bagi wacana tersebut. Wacana juga terdiri dari pelbagai wacana lainnya yang teratur. Kaidah dan struktur wacana tidak berasal dari faktor sosial-ekonomi maupun budaya, namun faktor sosial-ekonomi dan budaya yang merupakan satu bentuk dari wacana itu sendiri dan dibentuk oleh mekanisme wacana yang bersifat internal.
Studi wacana ini bukan hanya analisis tentang ucapan dan pernyataan saja, namun juga memperhatikan bagaimana struktur dan kaidah wacana tersebut. Foucault mengistilahkan analisis struktur wacana ini dengan ‘arkeologi’. Foucault mencoba menekankan bahwa melakukan analisis struktur wacana ini bukanlah untuk menyingkapkan kebenaran atau asal-usul suatu pernyataan, melainkan untuk menemukan mekanisme pendukung yang bersifat intrinsik dan juga ekstradiskursif dalam wacana.
Sebagian besar dalam The Archeology of Knowledge terfokus pada hubungan antara teks dan wacana dengan kenyataan dan pengonstruksian kenyataan oleh struktur wacana tersebut. John Frow berkomentar bahwa wacana adalah kenyataan yang dibangun secara sosial yang mengkonstruksi mana yang nyata dan mana yang simbol serta perbedaan antar keduanya. Banyak perdebatan mengenai apakah Foucault mengingkari eksistensi yang nyata, maksudnya ketika ia menekankan kekuatan formatif wacana, sedangkan para sejarawan menentang Foucault karena menganggap Foucault mengingkari peristiwa historis.
Foucault menyatakan bahwa objek dan ide itu diciptakan oleh manusia dan hal inilah yang membentuk realitas bagi kita. Foucault menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk memahami realitas adalah melalui diskursus dan sistem diskursif.
Menurut Foucault struktur wacana memiliki sifat intrinsik pada wacana, terutama epistem, pernyataan (statement), wacana dan arsip.


Menurut Foucault, realitas disini dipahami sebagai seperangkat konstruksi yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri, tidak bisa didefinisikan jika kita tidak mempunyai akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut.. Kita mempersepsi dan bagaimana kita menafsirkan objek dan peristiwa dalam system makna tergantung pada struktur diskursif. Struktur diskurs ini menurut Foucault, membuat objek atau peristiwa terlihat nyata oleh kita. Struktur wacana realitas itu,tidaklah dilihat sebagai sistem yang abstrak dan tertutup.
Foucault berpendapat bahwa materi dan ide diciptakan oleh manusia dan lembaga yang menciptakan realitas kepada kita, yang telah dikritik karena kelihatan seolah-olah berpendapat bahwa tidak ada sesuatu yang sifatnya non-diskursif atau sesuatu di luar wacana. Foucault tidak mengingkari bahwa ada realitas sebelum manusia ada, tidak juga mengingkari adanya bentuk peristiwa dan pengalaman, seperti beberapa kritik yang ditujukan kepadanya; hal ini menganggap bahwa satu-satunya cara untuk memahami realitas adalah melalui wacana dan struktur diskursif. Pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur wacana tersebut: yang berarti, wacana diklasifikasikan menurut batasan bidang ilmunya. Sara Mills memberi contoh: Pada masa lalu, bakteri diklasifikasikan sebagai hewan, namun pada masa sekarang merupakan kategori tumbuhan. Tidak ada yang berubah dari hakikat bakteri, perbedaannya justru karena struktur wacana yang dibuat yang mengarahkan dan membatasi kita melihat bakteri itu sebagai tumbuhan, bukan hewan, dan mempelajari serta menempelkan sifat-sifat bakteri sebagai tumbuhan.

Epistem
Suatu epistem terdiri dari sejumlah diskursus yang tercipta berkat interaksi berbagai diskursus. Oleh sebab itu, suatu epistem  mencakup berbagai metedologi yang sudah dianggap terbukti oleh sebuah budaya. Foucault menunjukan bahwa dalam periode tertentu, ada kecenderungan untuk menyusun cara berpikir dengan cara-cara tertentu. Akibatnya, sebagai contoh dalam seperangkat epistem yang ada pada era ratu Victoria, pemikiran ilmiah dicirikan dengan kecenderungan untuk menghasilkan tabel yang rinci; dalam suatu sistem klasifikasi yang didefinisikan dengan sangat kaku. Berikut ini tabel yang diambil dari buku Brown The Races of Mankind (1873-9):
“Di zaman ratu Victoria, cara berpikir tentang dunia seperti ini kelihatannya merupakan cara yang ‘alami’ untuk menggambarkan perbedaan ras. Di sini manusia dikelompokan menurut cara klasifikasi anjing atau kuda, yakni berdasarkan asal keturunan dan “kesucian” garis keturunan. Sebagaimana ditunjukan oleh Young, sistem klasifikai untuk pencangkokan tumbuhan dan perkawinan silang pada binatang kemudian dipakai untuk  menjelaskan penduduk asli” (Young, 1995). Di sini, kita juga dijauhkan dari upaya untuk memetakan secara rinci unsur pembentuk bidang pengetahuan, karena pola berpikir seperti ini sekarang telah diganti dengan cara pengelompokan pengetahuan dan informasi yang lain.
Foucault menyatakan adanya keterputusan epistemik (epistemic breaks), yakni pada saat tertentu dalam sebuah budaya, terjadi keterputusan perkembangan struktur diskursus, sehingga pada zaman ratu Victoria, gambaran tentang realitas yang berbentuk tabel sepenuhnya kelihatan alami. Sebaliknya, pada abad duapuluh, metode penggambaran ini kelihatannya mulai tidak lazim. Contoh lain yang diberikan Foucoult adalah tentang signifikasi sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan tatanan ilahiah. Pada masa–masa awal Eropa Modern, setiap peristiwa ditafsirkan menurut sistem pemikiran yang menghubungkan alam dunia dengan tatanan agama atau supernatural. Oleh sebab itu, apa yang sekarang digolongkan sebagai fenomena alam, seperti badai yang dahsyat, dari segi signifikasinya peristiwa ini akan digolongkan ke dalam sistem simbol yang lebih luas, mungkin sebagai tanda atau isyarat dari kemurkaan Tuhan. Sementara di Eropa akhir abad dua puluh, badai tidak lagi memiliki signifikasi supranatural. Unsur pembentuk pengetahuan ini telah berubah. Kalau biasanya kita mengangagap perubahan ini sebagai dampak kemajuan pemikiran, maka Foucault menyatakan bahwa sistem pengetahuan kita sendirilah yang membentuk epistem mutakhir, yang akan terlihat sebagai sebagai suatu yang asing bagi generasi masa depan.
Sejarah intelektual seharusnya dilihat sebagai serangkaian gerakan tiba-tiba dari suatu sistem klasifikasi dan representasi kepada sistem klasifikasi yang lain. Foucault memiliki pemikiran tentang sejarah yang berbeda dengan pemikiran kaum konservatif dan Marxis. Menurut kedua kaum ini, gagasan perkembangan (improvement) dan kemajuan (progress) memiliki arti yang sentral. Bagi kelompok konservatif, pengetahuan ilmiah tak bisa dihindari dan akan menimbulkan kemajuan kehidupan umat manusia. Sementara bagi kelompok Marxis, perubahan revolusioner akan menimbulkan kemajuan pada kondisi kelas pekerja.

Pernyataan
Epistem dibangun dari sederetan pernyataan yang dikelompokkan menjadi beberapa wacana atau kerangka wacana yang berbeda. Pernyataan adalah dasar utama dari sebuah wacana. Suatu kalimat dapat berfungsi sebagai beberapa pernyataan yang berbeda, bergantung pada konteks wacana yang ada. Menurut Foucault, “Keajegan sebuah pernyataan, pemeliharaan identitas melalui ucapan, duplikasi melalui identitas bentuk, semua ini ada karena fungsi pengunaannya di mana ia berada.”
Menurut Dreyfusdan Rabinow, beberapa ucapan yang berbeda sebenarnya dapat membentuk suatu pernyataan tunggal. Pernyataan kelihatannya sangat mirip dengan speech act yang dicetuskan oleh Searle dan Austin. Menurut Foucault sendiri, pernyataan adalah ucapan-ucapan yang memiliki kekuatan institusional dan mendapatkan pengesahan dari suatu otoritas. Ucapan-ucapan inilah yang termasuk dalam kelompok ‘yang nyata’. Ucapan dan teks yang menciptakan sebuah klaim kebenaran serta disepakati sebagai pengetahuan, dapat digolongkan sebagai pernyataan.

Wacana
Foucault membedakan antara wacana secara keseluruhan dengan wacana-wacana atau sekelompok pernyataan. Sebuah wacana adalah seperangkat pernyataan yang memiliki kekuatan institusional dan mempengaruhi cara bertindak dan berpikir individu, batasan sebuah wacana tidaklah jelas. Sementara itu, wacana juga dapat dilihat sebagai berbagai kelompok pernyataan yang memiliki keuatan serupa. Pernyataan-pernyataan ini dikelompokkan karena adanya suatu tekanan institusional, keserupaan konteks, atau karena mereka bertindak dengan cara yang sama.

Arsip
Menurut Foucault, arsip adalah seperangkat kaidah yang ada pada suatu periode dan pada suatu masyarakat tertentu untuk mendefinisikan: 1) batas dan bentuk apa yang boleh diungkapkan (expressibility); 2) batas dan bentuk konservasi (conservation); 3) batas dan bentuk memori; dan 4) batas serta bentuk penggiatan kembali (reactivation). Arsip harus dilihat sebagai seperangkat mekanisme wacana yang membatasi apa yang dapat dikatakan, apa bentuknya, serta apa yang pantas diketahui dan diingat.

Pengecualian dalam Wacana
Dalam artikel yang berjudul The Order of Discourse (1981), Foucault membahas bagaimana caranya sebuah diskursus diatur oleh institusi untuk menghindari berbagai bahaya yang bisa ditimbulkannya. Ia menggambarkan proses pengecualian yang berlaku dalam diskursus untuk membatasi apa yang dapat dikatakan dan apa yang dapat dianggap sebagai pengetahuan. Terdapat tiga pengecualian dalam diskursus, yang pertama Foucault sebut dengan ‘larangan’ atau tabu. Maksudnya, ada beberapa hal tertentu yang sulit dibicarakan oleh masyarakat Barat seperti pembicaraan kematian dan seks. Dalam budaya Inggris, banyak orang mengatakan bahwa mereka merasa dijauhi atau dihindari bahkan oleh teman dekatnya sendiri disaat pasangannya meninggal. Hal ini terjadi karena sulitnya memahami kematian dan kurangnya tatanan kata dalam bahasa Inggris untuk menyampaikan belasungkawa tanpa terdengar tidak cocok, tidak tulus ataupun terlalu resmi. Adapun dengan pembicaraan seputar seks juga merupakan sebuah hal yang tabu. Di Inggris pada masa ratu Victoria, orang sangat sulit membicarakan seks secara terbuka. Masalah yang berkaitan dengan seks akan dihindari dengan cara apapun dalam masyarakat yang ‘sopan’ dan masyarakat campuran.
Pengecualian kedua dalam diskursus terhadap apa yang boleh dikatakan, terpusat di sekitar diskursus orang-orang yang dianggap gila dan tidak rasional. Foucault menyatakan bahwa dalam periode sejarah yang berbeda, ucapan orang gila bisa dianggap berada pada tingkatan pengetahuan Tuhan atau sama sekali tidak berarti. Di Inggris pada abad 20 misalnya, bahasa orang yang menderita skizofrenia tidak dipercaya, sehingga ketika ada orang yang dianggap “gila” berbicara maka ia akan dikesampingkan. Jika mereka menuntut perlakuan tertentu yang  tidak didukung oleh penguasa, mereka pada umumnya akan diabaikan. Ada anggapan bahwa keinginan dan pandangan orang-orang yang “rasional”, seperti dokter memiliki bobot yang lebih tinggi. Pengecualian ketiga—yang mengklasifikasikan apa yang disebut pernyataan dan karena itu ia merupakan kerangka wacana—adalah pembagian antara pengetahuan yang dianggap benar dengan pengetahuan yang dianggap salah. Foucault mengklasifikasikan sejarah pembagian seperti ini dan menyatakan bahwa bagi orang Yunani pada abad 6 isi sebuah pernyataan tidaklah terjamin kebenarannya. 

Persebaran Wacana
            Selain prosedur pengecualian tadi, Foucault menegaskan bahwa konstruksi wacana juga memiliki mekanisme internal dan eksternal, yang menjamin keberadaan wacana tersebut. Terdapat beberapa mekanisme persebaran wacana ini, diantaranya adalah tafsir dan gagasan disiplin akademis; tafsir terhadap sebuah wacana menjadikan wacana tersebut tetap sesuai dengan kondisi nyata meskipun wacana itu sendiri dimunculkan beribu-ribu tahun yang lalu. Contohnya adalah Alkitab, yang meskipun kitab terakhirnya ditulis lebih dari 1.900 tahun yang lalu, namun pesannya tetap relevan di masa modern ini, karena adanya tafsir-tafsir yang menjelaskan isi Alkitab itu dengan latar belakang masa modern. Salah satu contoh tafsir Alkitab adalah Kitab Hukum Kanonik (KHK) milik Gereja Katolik, yang berisi berbagai perintah, larangan dan tradisi yang semuanya berdasar dari satu wacana yaitu Alkitab. Dengan demikian, keberadaan KHK tersebut menjaga pesan Alkitab agar tetap relevan di masa modern ini. Selain itu, terdapat juga mekanisme wacana lain, yaitu disiplin akademis. Disiplin akademis ini adalah pengelompokan wacana-wacana dalam skala besar yang menentukan apa yang dapat dianggap sebagai fakta atau benar didalam bidang-bidang tertentu. Jadi, masing-masing bidang ilmu akan menentukan metode, bentuk proposisi dan argumen, dan dimanakah letaknya bidang wacana tersebut. Serangkaian struktur ini akan membantu memunculkan proposisi baru, tetapi hanya terbatas didalam batas-batas tertentu. Foucault berpendapat bahwa struktur disiplin akademis tadi mengecualikan banyak proposisi. Bahkan jika penelitian seseorang sebenarnya akurat secara faktual atau berpandangan jauh ke depan, namun jika penelitian tersebut tidak sesuai dengan bentuk dan isi bidang ilmu tertentu, penelitian tersebut hampir pasti ditolak, atau dianggap sebagai bukan penelitian akademis, dan lebih sebagai penelitian populer. Contoh yang baik akan hal ini adalah penelitian Galileo Galilei pada abad ke-15. Galileo pada masa itu menyatakan bahwa bumi sesungguhnya berputar mengelilingi matahari (yang terbukti benar secara faktual berabad-abad kemudian), namun pandangan faktual itu berbenturan dengan disiplin ilmu astronomi abad ke-15 yang diusung oleh Gereja, yang berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi. Oleh karena penelitiannya, Galileo dijadikan tahanan rumah sampai akhir hayatnya. Kejadian ini membuktikan, bahwa meskipun penelitian/wacana yang dikemukakan seseorang benar secara faktual, namun apabila tidak sesuai dengan disiplin bidang ilmu yang mencakup wacana tersebut, maka wacana tersebut pun akan tertolak.


No comments:

Post a Comment